• Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
Warta Pemilu
  • NEWS
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
    • Politik
    • Hukum
    • Tokoh
    • Opini
  • SEPUTAR PEMILU
    • Warta KPU/Bawaslu
    • Pemantau Independen
    • Survei Pemilu
    • Suara Pemilih
    • Edukasi
  • WARTA VIDEO
No Result
View All Result
  • NEWS
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
    • Politik
    • Hukum
    • Tokoh
    • Opini
  • SEPUTAR PEMILU
    • Warta KPU/Bawaslu
    • Pemantau Independen
    • Survei Pemilu
    • Suara Pemilih
    • Edukasi
  • WARTA VIDEO
No Result
View All Result
Warta Pemilu
No Result
View All Result

Aktivisme Digital Jelang Tahun Politik di Masa Pandemi Meningkat, Pemerintah Jadi Sasaran Utama

by WartaPemilu
Februari 17, 2023
in Edukasi
0

Jakarta, WartaPemilu –  Kondisi kebebasan sipil dan kualitas demokrasi Indonesia dalam satu dekade terakhir kian memburuk.

Hal ini terverifikasi oleh laporan Democracy Index 2022 keluaran The Economist Intelligence Unit (EIU), dimana Indonesia kembali masuk kategori “demokrasi cacat”.

Kebebasan sipil di ruang digital juga kian terkungkung, sebagaimana dikonfirmasi oleh laporan Freedom on the Net 2022.

Kendati represi terhadap aktivisme di ruang digital semakin meningkat, aktivisme masyarakat sipil ruang publik tersebut juga meningkat, terutama di masa pandemi 2019-2021.

Temuan ini dipaparkan oleh Muhammad Fajar, peneliti Institutes for Advanced Research (IFAR) Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dalam webinar “Memperluas Aktivisme Digital Ditengah Menyempitnya Ruang Sipil” yang diadakan Yayasan Tifa, Kamis (16/2/2023).

“Berdasarkan 3.873 data kampanye aktivisme digital yang dilakukan organisasi gerakan sosial di media sosial selama 2016-2021, riset kami merekam bahwa periode 2019-2021 merupakan periode puncak aktivisme digital,” ujar Fajar yang merupakan salah satu dari empat peneliti Peran Aktivisme Digital Kelompok Muda dan Organisasi Masyarakat Sipil dalam Gerakan Sosial di Indonesia (2016-2021).

“Pembatasan mobilitas sosial ditengah banyaknya kebijakan- kebijakan publik yang tidak berpihak pada rakyat dan memperlebar jurang ketidaksetaraan antar warga masyarakat mendorong mereka memanfaatkan ruang publik digital untuk melakukan aksi kolektif,” lanjutnya.

Secara tren, isu hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan lingkungan mendominasi aktivisme digital organisasi gerakan sosial, dengan publik dan pemerintah sebagai sasaran utama.

Berdasarkan bentuknya, berbagi tips dan informasi dan protes daring adalah aktivisme digital yang paling banyak ditemukan. Masa pandemi juga mendorong peningkatan drastis aktivisme digital berbentuk webinar untuk mengupas isu-isu sosial-politik terkini.

Yoes C. Kenawas, kandidat doktor ilmu politik di Northwestern University, Illinois, menjelaskan, Bentuk aktivisme digital yang lebih agresif dan berisiko hanya dilakukan oleh sedikit organisasi masyarakat sipil.

“Pilihan ini tidak terlepas dari lanskap risiko aktivisme digital di Indonesia saat ini, misalnya risiko hukum dijerat dengan UU ITE atau KUHP, risiko serangan digital, ataupun seperti buzzer dan pasukan siber, yang bisa mendelegitimasi gerakan dan organisasi,” kata Yoes.

Di tengah kritik terhadap aktivisme digital sebagai aktivisme klik (clicktivism) dan aktivisme malas (slacktivism), penting untuk mengetahui efektivitas aktivisme digital untuk mendukung pencapaian tujuan gerakan dan dampak nyatanya.

Merespon kebutuhan ini, Aulia Dwi Nastiti yang juga merupakan kandidat doktor ilmu politik menjelaskan, efektivitas aktivisme digital oleh masyarakat sipil di Indonesia berdasarkan studi kasus terhadap tiga aktivisme digital di media sosial, yaitu :

#SahkanRUUPKS, #BaliTolakReklamasi, dan #PapuanLivesMatter. #SahkanRUUPKS memiliki tingkat efektivitas paling tinggi.

Sementara, #BaliTolakReklamasi memiliki tingkat efektivitas menengah.

Sedangkan efektivitas kampanye #PapuanLivesMatter paling rendah dalam mencapai tujuan gerakan dan memberi manfaat bagi organisasi pegiat aktivisme digital.

Menurut Aulia, momentum dan viralitas di media sosial penting bagi aktivisme digital.

“Namun, untuk menjadi efektif, aktivisme digital perlu didukung faktor lainnya, termasuk konsolidasi antarorganisasi penggerak aktivisme, akses langsung ke pembuat kebijakan, dan intensitas kampanye. Selain itu, keragaman figur yang terlibat dalam aktivisme dapat memberikan legitimasi yang lebih,” jelas Aulia.

Lebih jauh lagi, Luthfi Adam, peneliti di Monash University Indonesia, memaparkan bahwa dampak aktivisme digital dapat diukur dari partisipasi dan apati publik serta konsesi atau represi dari pemerintah.

Partisipasi publik di aktivisme #PapuanLivesMatter meningkat secara signifikan, sementara dalam kasus #SahkanRUUPKS dan #BaliTolakReklamasi meningkat secara bertahap.

Selain itu, aktivisme #BaliTolakReklamasi dan #PapuanLivesMatter juga meraih dukungan dari luar Bali dan Papua.

Aktivisme #SahkanRUUPKS dan #BaliTolakReklamasi sama-sama mendapatkan peningkatan respon positif dari pemerintah.

Sementara represi pemerintah terhadap aktivisme #PapuanLivesMatter meningkat secara drastis.

“Aktivis di ketiga gerakan sama-sama mengalami represi digital, misalnya peretasan dan kampanye tandingan oleh buzzer. Tapi, aktivis #PapuanLivesMatter mengalami represi ekstrem berupa internet throttling dan shutdown,” jelas Luthfi.

Meskipun aktivisme digital meningkat secara kuantitas, mayoritas aktivisme digital dilakukan oleh organisasi yang berkedudukan di Indonesia bagian Barat.

Temuan ini menyoroti masalah kesenjangan distribusi akses kepada infrastruktur internet, ekonomi, sosial, dan politik antara Indonesia Barat, Tengah, dan Timur yang belum teratasi.

Disamping menutup kesenjangan digital, penguatan kapasitas organisasi masyarakat sipil di Indonesia Tengah dan Timur, baik dari segi institusionalisasi aktivisme digital maupun keamanan digital mendesak dilakukan untuk memperluas jangkauan dan dampak aktivisme digital di Indonesia.

“Lanskap aktivisme digital saat ini membuat organisasi masyarakat sipil lebih cakap menerapkan strategi kontra-represi dan kontra-narasi sebagai respon balik pada serangan atau dampak negatif yang muncul dari aktivisme mereka. Aspek keamanan digital dan kapasitas mengelola kampanye serta membentuk aliansi perlu dilembagakan agar tidak hilang saat pergantian anggota organisasi,” tangkas Yoes.

Menyikapi temuan dan rekomendasi penelitian, Yayasan Tifa akan menyelenggarakan rangkaian diskusi dengan pegiat aktivisme digital, serta pelatihan.

Melalui rangkaian kegiatan tersebut, pegiat aktivisme digital diharapkan dapat merencanakan arah strategis aktivisme digital di Indonesia dalam merespon dinamika yang memengaruhi konteks aktivisme digital saat ini.(*)

Tags: Institutes for Advanced Research (IFAR) Universitas Katolik Indonesia Atma JayaMonash University IndonesiaNorthwestern UniversityWarta Pemilu
Previous Post

Dugaan Pelanggaran Rekrutmen PPS Pakenjeng. Berikut Penjelasan Bawaslu Kabupaten Garut

Next Post

Induk dari Korupsi, Waspadai Bahaya Politik Uang

Next Post

Induk dari Korupsi, Waspadai Bahaya Politik Uang

Discussion about this post

  • Trending
  • Comments
  • Latest

Dengan Data, Fakta dan Angka, Adian Napitupulu Patahkan Sindiran Kegiatan “Gunting Pita”

September 19, 2022

Repdem: Deklarasikan Anis Calon Presiden, Sebaiknya Nasdem Keluar dari Kabinet

Oktober 3, 2022

Perubahan Komposisi Dapil Legislatif Pemilu 2024, Berikut Daftar Urut Daerah Pemilihan di Kabupaten Garut

Februari 8, 2023

Panwascam Dilibatkan Dalam Setiap Tahapan. Berikut Tugas Panwascam Pada Pemilu 2024

November 14, 2022

Audiensi dengan Menkumham, Bawaslu Sampaikan Pengawasan Tahapan Pemilu Serentak 2024

0

Jadwal Pemilu 2024 dan Tahapannya

0

Dewan Pers: Media Massa Dilarang Menjadi Partisan Politik

0

Proyeksi Kandidasi Pilres 2024 Menurut Survei Poltracing Indonesia Bulan Mei 2022

0

Selain Pasang Spanduk Kritikan, Warga Garut Ini Segera Layangkan Somasi Kedua untuk Ridwan Kamil

Maret 22, 2023

Bawaslu Menyatakan KPU Langgar Administrasi Pemilu, Ini Respon Prima

Maret 21, 2023

Silaturahmi dan Konsolidasi Demokrasi Aktivis 98 Hasilkan 5 Poin Evaluasi 25 Tahun Reformasi 98

Maret 21, 2023

Menakar Ancaman Politik Identitas pada Pemilu 2024, Dialog Publik Bersama Youth Political Aliance Tasikmalaya

Maret 21, 2023

Warta Baru

Selain Pasang Spanduk Kritikan, Warga Garut Ini Segera Layangkan Somasi Kedua untuk Ridwan Kamil

Maret 22, 2023

Bawaslu Menyatakan KPU Langgar Administrasi Pemilu, Ini Respon Prima

Maret 21, 2023

Silaturahmi dan Konsolidasi Demokrasi Aktivis 98 Hasilkan 5 Poin Evaluasi 25 Tahun Reformasi 98

Maret 21, 2023

Menakar Ancaman Politik Identitas pada Pemilu 2024, Dialog Publik Bersama Youth Political Aliance Tasikmalaya

Maret 21, 2023
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
Jakarta, Indonesia

© 2022 Warta Pemilu

No Result
View All Result
  • NEWS
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
    • Politik
    • Hukum
    • Tokoh
    • Opini
  • SEPUTAR PEMILU
    • Warta KPU/Bawaslu
    • Pemantau Independen
    • Survei Pemilu
    • Suara Pemilih
    • Edukasi
  • WARTA VIDEO

© 2022 Warta Pemilu