Pasangan Anies-Cak Imin (AMIN) ‘Saling Merugi’, Berikut Penjelasan Hendri Kurniawan

Jakarta, WartaPemilu – Pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar resmi dideklarasikan di Surabaya, Sabtu (2/9/2023) lalu. Pasangan ini akan didukung oleh Nasdem dan PKB.

Munculnya pasangan ini jelas mengagetkan publik. Sebab, diantara keduanya, Anies dan Muhaimin maupun Nasdem dan PKB belum pernah melakukan penjajakan untuk kerjasama politik sebelumnya.

Bacaan Lainnya

Setidaknya hal itu diuraikan Hendri Kurniawan, Direktur Eksekutif AKSARA Research and Consulting dalam rilisnya diterima Kamis (7/9/2023).

Menurutnya, dari kalkulasi politik, latar belakang kedua tokoh ini disandingkan adalah, bagi Anies dan Nasdem, menggandeng Muhaimin berarti merebut suara nahdliyin dan Jawa Timur.

Sementara, bagi Muhaimin, dia akan berpasangan dengan siapapun asal dirinya digandeng menjadi cawapres.

“Hanya saja, menurut saya, memasangkan kedua tokoh ini untuk maju dalam Pemilu 2024 mendatang justru berpotensi mendatangkan kerugian pada masing-masing pihak,” ujar Hendri.

Meski bersanding dengan Muhaimin, Hendri menjelaskan, Anies belum tentu mampu mengeruk suara di Jawa Timur yang menjadi kelemahannya selama ini.

Penyebabnya, meski PKB termasuk partai yang mampu menguasai Jatim, namun, ketua umumnya, Muhaimin, belum pernah mendapatkan tingkat keterpilihan yang signifikan, baik untuk capres maupun cawapres di Jawa Timur.

“Elektabilitas PKB tidak ekuivalen dengan elektabilitas Muhaimin,” Hendri menegaskan.

Apalagi, kata dia, Muhaimin saat ini sedang dan masih berseteru dengan keluarga Gus Dur dan Ketua Umum PBNU.

“Hal itu tentu saja juga akan sangat memengaruhi laju politik mereka,” lanjutnya.

Selanjutnya, jika mengusung Anies, suara PKB di Jawa Timur juga berpotensi menurun dalam Pemilu 2024 mendatang.

Pasalnya, Anies beberapa tahun belakangan ini, khususnya semenjak Pilkada DKI Jakarta, selalu diidentikkan dengan kelompok-kelompok tertentu yang berlawanan dengan cultur Nahdliyin dan Jawa Timuran.

“Tapi, meski sudah mendeklarasikan diri untuk berpasangan, politik Indonesia masih bergerak dinamis. Belum tentu pasangan ini nanti juga sampai finish. Masih akan ada gejolak dan manuver-manuver lain yang mengubah kontelasi,” tandasnya.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *