“Setiap 15 Januari saya selalu gelisah. Apalagi yang belum kita lakukan. Itu yang ada dalamn hati dan pikiran saya. Ternyata apa yang kita resahkan dulu tidak banyak berubah secara kualitas pada demokrasi kita. Jadi gerakan yang harus tetap dilakukan adalah perlawanan. Bukan revolusi”.
“Yang mau kita tegakkan adalah rule of law bukan rule of lawyers”
Hariman Siregar – Tokoh Malari
Jakarta, WartaPemilu – Indonesian Democracy Monitor (INDEMO), Lembaga yang konsern akan perkembangan demokrasi di Indonesia, dibentuk oleh mantan aktifis mahasiswa anggatan 74, 80 dan 90-an.
INDEMO akan menggelar peringatan HUT ke-23 tahun INDEMO dan 49 tahun Peristiwa Malari, Malapetaka 15 Januari 1974, dengan mengangkat tema “Menolak Lupa Pertahankan Demokrasi“

Acara akan dilaksanakan pada:
Tanggal : 15 Januari 2023
Hari : Minggu
Pukul : 11.00-15.00WIB
Tempat : Teater Arena Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuku, Jakarta Selatan
Susunan acara:
– 11.00 WIB Ramah Tamah
– 11.45 WIB Potong Tumpeng
– 12.00 WIB Makan Siang
– 13.00 WIB Dialog Demokrasi
– 15.00 WIB Selesai
Peristiwa 15 Januari 1974 atau lebih dikenal dengan Malari (Malapetaka lima Belas Januari) merupakan suatu gerakan mahasiswa yang merasa tidak puas terhadap kebijakan pemerintah terkait kerja sama dengan pihak asing untuk pembangunan nasional.
Para Mahasiswa, kala itu menganggap kebijakan Pemerintah sudah menyimpang dan tidak berhaluan kepada pembangunan yang mementingkan rakyat. Mahasiswa menilai dengan kerja sama ini semakin memperburuk kondisi ekonomi rakyat.
Hariman Siregar
Dari peristiwa ini, lahirnya sosok aktivis mahasiswa yang menjadi simbol Malari hingga saat ini, Hariman Siregar.
Hariman Siregar, saat itu adalah ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia (DM UI) sekaligus pimpinan aksi massa pada hari itu.

Atas komandonya, para mahasiswa melakukan long march dari kampus UI, Salemba, menuju Universitas Trisakti, Jalan Kiai Tapa, Jakarta Barat. Di penjuru lain Jakarta, aksi massa juga berlangsung. Salah satu yang paling mencekam terjadi di Pasar Senen. Di sana massa membakar proyek kompleks pertokoan yang baru saja dibangun.
Mereka mengajukan tiga tuntutan yang dinamakan “Tritura Baru 1974”:
Pertama, bubarkan lembaga Asisten Pribadi Presiden (Aspri);
kedua, turunkan harga; dan
ketiga, ganyang korupsi.(*)
Berita telah tayang di Kabariku.com