Mungkinkah Anies Menang?

oleh :
Dedi Jamaludin

WartaPemilu  Berbagai lembaga survei hasilnya selalu menempatkan Anies diposisi buncit. Masuknya Gus Imin sebagai Cawapres masih belum mendongkrak hasil survei yang dirilis pasca deklarasi sebagai pasangan Capres dan Cawapres.

Bacaan Lainnya

Kita tentu tidak ingin berdebat soal akurasi lembaga survei, atau mempersoalkan metodologis dan tektek bengek yang terkait dengan hasil survey. Kita anggap saja hasil survei sebagai sebuah kebenaran atas pilihan politik hari ini atau ketika survei dilakukan.

Pertanyaanya berikutnya, seberapa besar kemungkinan Anies-Gus Imin memenangkan pertarungan di pilpres nanti? Mampuhkah Anies-Muhaimin masuk putaran dua, jika terjadi tiga pasangan? Atau lebih ekstrim lagi, Anies-Muhaimin memenangkan hanya satu putaran berapa pun jumlah pasangan Capresnya.

Sebenarnya Anies pernah sukses membungkam lembaga lembaga survei ketika bertarung di pilkada DKI, termasuk “mbahnya” lembaga survey Deni ZA. Tapi apakah akan terulang kembali “keajaiban” itu? .

Anies-Muhaimin sangat terbuka peluang untuk memenangkan dalam kontestasi Pilpres 2024 dengan catatan Pilpres terselenggara secara jujur dan adil.

Ini point pertama yang mendasar, sebab sekuat apa pun arus dukungan rakyat untuk perubahan yang mengiginkan Anies-Muhaimin sebagai Presiden dan Wakil Presiden jika Pilpres tidak terselenggara secara jujur dan adil tentu akan membuat hasil Pilpres yang manipulatif.

Tantangan terberat Anies-Muhaimin adalah kecenderungan kekuasaan yang berpihak tidak netral.

Jelas dan nyata posisi Anies sejak awal seperti “anak haram” kekuasaan. Kelahiraanya tidak direstui.

Jadi jelas start Anies sangat buruk, ditempatkan posisi paling buncit, bahkan kalau bisa keluar lintasan. Kaki kaki penopang Anies dilemahkan.

Nasdem sebagai partai pengusung pertama, menjadi “bulan-bulanan” kekuasan. Menterinya dipreteli, dikriminalisasi.

Dalih hukum apa pun, peristiwa tersangkanya menteri jhony plate dan teranyar menteri pertanian Sahrul Yasin Limpo, tidak bisa dipisahkan dari persitiwa politik. Sebab bila benar-benar dalihnya sebagai peristiwa hukum murni, terlaku banyak di negeri ini yang seharusnya sudah masuk meja hijau, sudah tersangka tapi masih bebas bahkan mendapatkan jabatan strategis.

Silent Mayority; Melawan Dengan Diam

Kelemahan survei adalah tidak bisa memotret peristiwa yang akan datang. Survei hanya menyuguhkan kejadian yang sudah terjadi pada kurun waktu tertentu. Adapun kejadian apa yang akan datang jelas tidak bisa dijangkau dengan survei.

Kelemahan survei tidak bisa mengungkap kondisi psikologis ketika responden ditanya. Kebenaran jawaban atas suatu pertanyaan, belum tentu apa yang dijawab menerangkan kondisi sesungguhnya.

Bila di survei warga korea utara tentang kepuasan presiden Kim Jong-Un, dipastikan hasilnya puas bahkan bisa menyentuh 90 persen lebih, atau bila ditanya warga arab saudi atas kepuasan kinerja kerajaan dipastikan jawabannya puas.

Intinya adalah instrumen survei bukan satu-satu nya faktor yang bisa memenangkan para calon.

Masih ada waktu 4 bulan kurang lebih, pasangan Anies-Muhaimin untuk membuktikan bahwa survei yang dilakukan akan berbeda pada waktunya 14 februari 2024.

Bila merujuk apa yang terjadi sekarang, dalam kondisi kekuasaan sangat agresif menindak, membungkam bahkan membubarkan, perorangan atau kelompok yang mencoba autokritik terhadap pemerintah.

Suka atau tidak, benar atau tidak, rentetan peristiwa kematian 6 pengawal Habib Rizieq sihab, kematian di sel tahanan ust. Maheer, pembubaran FPI, pembubaran HTI, pengeroyokan ahli IT ITB Hermansyah, penjara untuk sekretaris FPI Munarman, dan deretan peristiwa lain berupa tindakan hukum atas orang-orang yang dianggap bersebrangan.

Secara psikologis berhasil membuat “teror” adanya rasa takut dalam jiwa masyarakat Indonesia bila mengungkapkan hal hal yang berbau kritik terhadap kekuasaan.

Rentetan peristiwa itu membentuk masyarakat yang apatis atau “membungkus” se dalam-dalamnya opini dan pilihan untuk menentukan sikap politik.

Silent mayority akan lebih percaya pada ruang dan Tempat Pemungutan Suara ( TPS) sebagai ekspresi sesungguhnya. Karena lebih terjamin kerahasiaannya terbebas dari rasa takut.

Injury Time Debat Capres

Dalam film the ides of march yang menceritakan hiruk pikuk proses pemilihan presiden Amerika, debat capres menjadi moment menentukan dan menegangkan bagi pasangan capres. sampai-sampai harus menghapal setiap teks jawaban yang diprediksi muncul dalam sesi debat.

Debat capres menjadi moment dimana pasangan Anies-Muhaimin akan secara meyakinkan pemilih yang masih “galau” untuk menentukan pilihannya.

Hanya Anies yang datang ke UI ketika ditantang untuk berdebat, yang lainnya menghindari karena dipastikan akan menjadi arena Anies menunjukan gagasan, ide-ide perubahan yang atraktif.

Debat di UI bisa dihindari dengan berbagai alasan, tapi debar capres yang diselenggarakan oleh KPU tidak ada alasan para capres menghindar atau sekedar berhalangan hadir.(*)

Dedi Jamaludin
Caleg DPRD Provinsi Dapil Jabar 14 Kabupaten Garut
Partai Nasdem No Urut 2

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *